
Sejarah Pekan Raya Jakarta: Dari Pasar Malam Hingga Ikon Ibu Kota
Pekan Raya Jakarta (PRJ), atau yang kini dikenal sebagai Jakarta Fair Kemayoran, berakar dari tradisi Pasar Malam Gambir yang populer di era kolonial Belanda. Pasar ini pertama kali diselenggarakan pada awal abad ke-20 di kawasan Koningsplein (kini Lapangan Merdeka) sebagai bagian dari perayaan ulang tahun Ratu Belanda. Setelah Indonesia merdeka, Presiden Soekarno menghidupkan kembali semangat pameran nasional dengan menggelar Pameran Pembangunan Indonesia (PPI) pertama kali tahun 1953 di Istora Senayan. Gagasan untuk menyatukan pameran produk nasional dengan hiburan rakyat akhirnya melahirkan Pekan Raya Jakarta pada 1968, bertepatan dengan ulang tahun ke-441 Kota Jakarta.
Pekan Raya Jakarta didesain sebagai ajang promosi dagang terbesar dan terlengkap di Indonesia. Acara ini menghadirkan ratusan stan yang menampilkan produk-produk unggulan dari berbagai daerah, mulai dari elektronik, kerajinan, otomotif, makanan khas, hingga pertunjukan seni dan musik. Sejak tahun 1992, PRJ dipindahkan ke Arena JIExpo Kemayoran, menandai babak baru dalam sejarahnya sebagai event pameran berkelas internasional. Selain sebagai pusat niaga, PRJ juga menjadi ruang bagi pelaku UMKM untuk unjuk gigi di hadapan pengunjung lokal maupun mancanegara.
Hingga kini, Pekan Raya Jakarta tidak hanya menjadi simbol pesta ulang tahun ibu kota, tetapi juga cermin semangat pembangunan dan keberagaman budaya Indonesia. Setiap tahunnya, jutaan pengunjung memadati arena PRJ untuk menikmati belanja, kuliner, dan hiburan keluarga dalam suasana yang meriah. Dari awalnya hanya sebagai ajang promosi, PRJ telah berkembang menjadi bagian penting dari identitas Jakarta yang tak lekang oleh waktu.